Selamat Datang di blog Oragnisasi Anak Pulau Simeulue-Jakarta

Potensi Wisata Kab.Simeulue - Nad

Hadist

Jangan Main Api

Jumat, 18 September 2009

SBY Harusnya Keluarkan Perppu Pansel, Bukan Perppu PLt


Jumat, 18 September 2009 | 21:22 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Suhartono

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Tranparansi Internasional Indonesia Teten Masduki, Jumat (18/9) menyatakan, jika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sungguh-sungguh memiliki komitmen terhadap pemberantasan korupsi, seharusnya Presiden mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang atau Perppu tentang Pembentukan Panitia Seleksi Calon Anggota Komisi Pemberantasan Korupsi, dan bukan Perpu tentang Pengangkatan Pelaksana Tugas KPK.

"Sebenarnya, tidak ada urgensinya memilih pimpinan KPK yang baru. Sebab, meskipun tinggal dua orang saja pimpinan KPK, secara kelembagaan KPK sudah cukup memadai. Akan tetapi, kalau dipaksakan, sebaiknya yang dikeluarkan Presiden Yudhoyono adalah Perppu proses seleksi atau Panitia Seleksi KPK yang dipercepat," tandas Teten, saat dihubungi Kompas, Jumat (18/9) petang di Jakarta.

Percepatan Panitia Seleksi itu, tambah Teten, dilakukan antara satu hingga dua bulan dan bukan tujuh bulan seperti proses seleksi nomral selama ini. Jadi, bukan Perppu untuk mengangkat langsung tiga oleh Pelaksan Tugas KPK. "Prinsipnya, perlu segera diisi kekosongan. Namun, Presiden tidak boleh memilih sendiri tiga calon pimpinan KPK tersebut. sebab, kalau memilih sendiri di mana indepensi KPK?" tanya Teten.

Dikatakan Presiden Yudhoyono, jika memilih sendiri, Presiden Yudhoyono akan memiliki konflik kepentingan dengan pemberantasan korupsi yang selama ini dicanangkan dan menjadi kampanyenya. Sebab, bisa saja orang-orang yang dipilihnya itu, adalah orang yang dicurigai dan yang bisa dikendalikan oleh Presiden sendiri, lanjut Teten.

Menurut Teten, meskipun Panitia Seleksi yang dipercepat, pemilihan panitianya sungguh-sungguh dan memilih orang yang benar-benar independen, profesional dan kredibel. Jangan sampai terulang seperti kasus Komisi Pemilihan Umum (KPU) sehingga anggota yang dipilihnya tidak berkualitas, demikian Teten.

Presiden akan paksakan diri

Soal Perppu KPK, Teten menambahkan, Presiden Yudhoyono diperkirakan akan memaksa diri untuk diterbitkan dan meminta persetujuan DPR. Oleh sebab itu, sebagai antisipasi dipaksakannya Perppu tersebut, sebaiknya dari sekarang ini nama-nama yang dimucnulkan agar ditunjuk Presiden Yudhoyono adalah nama-nama yang memiliki intergitas dan jejak rekam yang baik serta independen, kata Teten.

Disebutkan tiga nama yang bisa ditunjuk Presiden Yudhoyono untuk menjadi anggota KPK adalah seperti Amien Sunarjadi, Arief Soerowijiyo dan Trimulja Surjadi. "Saya kira jangan sampai orang yang hanya Asal Bapak Senang (ABS) yang akan dipilih. Karena itu, tiga nama itu sebaiknya dipertimbangkan oleh Presiden Yudhoyono," lanjut Teten.

Kalau Presiden memilih nama-nama yang memenuhi syarat seperti itu, tambah Teten, maka Perppu yang dikeluarkan Presiden tidak akan dicurigai sebagai bentuk intervensi Presiden terhadap KPK.

Secara terpisah, mantan Kepala Kejaksaan Tinggi DKI Lukman Bachmid, yang kini menjadi Tenaga Ahli BPK, mengatakan Prsiden Yudhoyono harus memilih nama-nama yang memeiliki martabat dan integritas tinggi.

"Saya yakin, kalau nama-nama yang memiliki dua syarat utama seperti itu, ditunjuk Presiden, tentu mereka akan menjalankan tugasnya sungguh-sungguh optimal dan independen। Kalau orang yang bermartarbat dan memiliki integritas, jika saat menjalankan tugasnya dia merasakan adanya intervensi dari Presiden atau pihak manapun, tentu dia akan mengundurkan diri," papar Lukman.

Calon Wakil Ketua DPR Partai Golkar Disaring Tim 6

Jumat, 18 September 2009 | 21:16 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Muhammad Jusuf Kalla telah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para pengurus Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan Penasehat Partai Golkar, yang memiliki pengalaman di legislatif untuk menjadi calon Wakil Ketua DPR dan MPR.

Dengan kesempatan tersebut, maka calon Wakil Ketua DPR dan MPR asal Partai Golkar akan banyak bermunculan. Untuk menyeleksi banyak calon tersebut, DPP Partai Golkar membentuk Tim Enam yang terdiri dari Ketua Umum DPP Partai Golkar, Wakil Ketua DPP Partai Golkar, Sekretaris Partai Golkar dan beberapa anggota DPP Partai Golkar. Tim inilah yang menyeleksi banyaknya calon Wakil Ketua DPR menjadi daftar singkat.

Dari daftar singkat itulah, yang kemudian diseleksi oleh Tim 6 yang dipimpin Jusuf Kalla. Selanjutnya, Tim itulah yang akan menentukan mekanisme pemilihan. Selain aklamasi, penghitungan voting maupun penghitungan.

Hal itu diungkapkan Ketua DPP Partai Golkar Hajriyanto Tohari saat ditanya tiga wartawan, seusai menghadiri rapat pleno DPP Partai Golkar di rumah dinas Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla di Jakarta, Kamis (17/9) tengah malam.

"Dengan perluasan kesempatan itu, akan semakin banyak kader yang akan mendaftar sebagai calon Ketua DPR. Calon inilah yang disaring oleh tim enam yang dipimpin Pak Kalla," tandas Hajriyanto, yang juga ikut mendaftar sebagai calon Ketua DPR.

Sejauh ini, tercatat ada delapan nama calon Ketua DPR maupun MPR yang disebut-seb ut telah mendaftarkan diri. Mereka adalah delapan orang mendaftar untuk posisi Wakil Ketua DPR. Mereka adalah Priyo Budi Santoso, Burhanuddin Napitupulu, Agus Gumiwang Kartasasmita, Enggartiasto Lukita, Airlangga Hartarto, Rully Chairul Azwar, dan Hajriya nto Y Thohari.

Menurut Hajriyanto, anggota Tim 6 adalah Kalla, Agung Laksono, Soemarsono, Syamsul Mu'arif, Muladi dan Andi Mattalatta. "Pleno memilih Wakil Ketua DPR asal Partai Golkar akan dilakukan setelah Lebaran, kalau tidak tanggal 27 September, ya tanggal 28 September," jelas Hajriyanto.



0 komentar:

Posting Komentar